Dalam banyak referensi, Semar di ceritakan sebagai seorang dewa yang turun
ke bumi dengan bentuknya yang sama dengan kondisi rakyat pada umumnya. Dia
menerima tanggung jawab sebagai pamong, sebagai lurah di Karang Tumaritis. Jika
disimak istilah ‘Karang Tumaritis’ tampaknya kurang menyenangkan ditelinga.
Karena arsitektur rumah Jawa di bagian paling depan disebut dengan ‘tritis.’
Yaitu emperan yang diperkenankan untuk menerima tamu tidak dikenal, atau orang
yang sekedar mampir atau singgah saja. Tidak mempunyai kebutuhan yang penting.
Semar hadir sebagai tandingan dari sistem kekuasaan terhadap avatara dari
para dewa, raja-raja di Asia, termasuk Indonesia disebut sebagai Dewa yang
mengejawantah. Sehingga dewa dengan kekuasaan dan kesaktiannya hadir sebagai
pemimpin atau sebagai penguasa. Para raja adalah penguasa terhadap sejumlah
rakyat, yaitu orang-orang kebanyakan yang tidak memiliki status kebangsawanan.
Semar hadir dari perilaku dewa yang tidak atau bukan ingin menguasai
rakyat, akan tetapi dia hadir sebagai rakyat. Perilakunya yang bersahaja,
bentuk tubuh yang aneh. Bahkan perilakunya kadang juga aneh.
Kentut saja jadi senjata, sungguh tidak pernah dibayangkan oleh para penguasa atau bangsawan. Kentut adalah simbol dari pola konsumtif rakyat yang hanya dapat makan dari apa yang bisa mereka temukan dari usaha mengkais-ngais hasil bumi. Bahkan mereka hanya bisa mengambil sisa dari sesuatu yang mereka panen sebagai bentuk pajak. Maka kentut merupakan gas yang mungkin sangat beracun, sehingga akan menjadi gas yang mampu membuat orang pingsan seketika.
Kentut saja jadi senjata, sungguh tidak pernah dibayangkan oleh para penguasa atau bangsawan. Kentut adalah simbol dari pola konsumtif rakyat yang hanya dapat makan dari apa yang bisa mereka temukan dari usaha mengkais-ngais hasil bumi. Bahkan mereka hanya bisa mengambil sisa dari sesuatu yang mereka panen sebagai bentuk pajak. Maka kentut merupakan gas yang mungkin sangat beracun, sehingga akan menjadi gas yang mampu membuat orang pingsan seketika.
Sebagai lurah yang ada di sebuah pemukiman jauh dari keramaian kota, semar
adalah sosok yang tidak terbicarakan dalam percaturan. Artinya orang-orang yang
tidak layak diceritakan. Karena dalam dirinya tidak mempunyai kewenangan untuk
menentukan dirinya atau diri orang lain. Tokoh Semar sangat pekat dalam budaya
dan agama hindu di bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar